Salah satu ciri penting pada fase ini adalah anak sangat senang
mendengarkan kisah-kisah. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi kita
untuk memilihkan beberapa kisah dalam Al-Quran yang sesuai dengan
pemahaman dan kemampuannya. Misalnya:
- Kisah pasukan gajah.
- Kisah kelahiran dan tumbuh kembang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Kisah Nabi Musa bersama Nabi Khidhir.
- Kisah Nabi Musa bersama Qarun.
- Kisah Nabi Sulaiman bersama Bilqis dan burung hud-hud.
- Kisah pemuda Kahfi.
Namun dengan syarat, hendaknya Anda mengatakan kepadanya sebelum mulai bercerita, “Marilah anakku sayang, kita bersama-sama mendengarkan satu kisah dari kisah-kisah Al-Quran.”
Dengan cara mengulang-ulang ungkapan ini, kecintaan anak terhadap
kisah akan terikat dengan kecintaannya kepada Al-Quran. Selain itu, di
tengah kedekatannya dengan ayah atau ibu beserta ungkapan-ungkapan
menyenangkan yang ia dengar, kebahagiaan rohani yang dirasakan anak
karena kisah tersebut akan terikat dengan Al-Quran. Hingga seiring
berlalunya waktu, ia akan memahami bahwa Al-Quran adalah sumber
kesenangan dan kebahagiaan rohani.
Catatan penting, dalam menceritakan sebuah kisah kepada anak, perhatikanlah:
- pemilihan waktu yang tepat,
- kata-kata yang sesuai,
- gaya bahasa yang menyenangkan, dan
- kesiapan anak untuk mendengar kisah tersebut.
Demikian juga, menceritakan kisah-ksiah tersebut sesaat sebelum tidur
akan menjadikan kisah-kisah ini lebih kuat terpatri dalam ingatannya
dan lebih kuat pengaruhnya dalam akal dan perasaan si anak, insyaallah.
–
*) Disalin dari buku Mendidik Anak Cina Al-Qur’an (terjemahan), Dr.
Sa’ad Riyadh, 2007, Insan Kamil, Solo.
0 comments:
Post a Comment